- Soal Pengusiran Nelayan, Sekdes Sukjeruk Maselembu Dinilai Berpolemik
- Soal Cantrang, Kades Sukajeruk Masalembu Usir Perwakilan Nelayan
- HUT NasDem Kota Jogja Bagi-bagi Penghargaan dan Hadiah
- FKUB Pamekasan Gelar Sekolah Kebangsaan di DIY
- Perempuan Jenggala DIY Gelar Donor Darah
- Oleg Yohan Menghadiri Launching Pasar Berkah Cinta Cokrodininggratan
- KABAR PERPANJAGAN PSBB DKI JAKARTA HARI INI
- Komisi B DPRD Kota Yogyakarta Usul Pengalihan Anggaran Untuk Penanganan Corona
- Fraksi NasDem DPRD Kota Jogja Mendorong Bersatu Melawan Covid-19
- Fraksi NasDem Kota Yogyakarta Tegaskan Mengawal Aspirasi Masyarakat
Gereja Tampung Pengungsi Muslim Palestina
Berita Populer
- Workshop on the Development of Women Enpowerment through Home Industry in Indonesia
- Jalan sehat Karang Taruna GADING V, Wahyu Purwanto: Pemuda Potensial Untuk Berkembang
- PAC Ansor Gamping Bentuk Devisi Media Tingkatkan Literasi Jama’ah
- Pasca Kongres, Abdiyanto Fikri Menegaskan Kader Harus Solid Bergerak
- PAC Ansor Semanu Gelar Majelis Dzikir & Shalawat Rijalul Ansor
Berita Terkait
GAZA - Agresi Israel di Gaza meninggalkan duka mendalam bagi warga Palestina. Tidak hanya kehilangan nyawa, warga Palestina yang selamat harus tega melihat rumah mereka porak poranda dihancurkan Israel.
Penduduk Palestina pun saat ini tinggal di tempat-tempat penampungan sementara. Salah satu tempat penampungan yang ada di Gaza adalah sebuah gereja Orthodoks Yunani, Santo Porphyrius.
Gereja ini menampung hampir 1.000 pengungsi Palestina yang mayoritas bergama Islam. Tidak hanya menyediakan tempat tinggal, Gereja Santo Porphyrius turut memberikan makanan, minuman, selimut, tempat duduk, mainan dan bahkan halaman belakang yang biasa digunakan bocah Palestina bermain sepak bola.
"Kami membuka gereja untuk menolong warga, ini sudah menjadi tugas gereja dan kami akan membantu mereka sekuat tenaga," sebut salah satu pengurus gereja, Archbishop Alexios, seperti dikutip dari Arab News, Rabu (23/7/2014).
"Awalnya ada 600 warga dan sekarang sudah ribuan, kebanyakan dari mereka adalah peremupuan, anak-anak dan orang tua yang kondisinya lemah," tambah dia.
Gereja Santo Porphyrius memang bukan tempat yang paling aman bagi pengungsi Palestina. Pasalnya, tidak lama setelah para pengungsi berdatangan, roket dari Israel menerjang daerah dekat gereja tersebut.
Namun hal ini dapat menjadi bukti bagaimana agresi Israel tidak meruntuhkan semangat warga Palestina untuk tetap bersatu dan saling membantu tanpa memandang ras, etnis atau agama.
Sekedar informasi, warga Kristen Palestina merupakan penduduk minoritas. Jumlah mereka hanya sekitar 1.400 jiwa.
